Setiap manusia tidak akan pernah terlepas dari keinginan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Setiap manusia pun selalu terkait dengan kebutuhan akan
ilmu, peningkatan wawasan, dan cara pandang sebagai penunjang dalam
kehidupannya. Dan, ilmu yang sifatnya selalu berkembang menuntut manusia untuk
selalu berusaha mendapatkannya.
Rasulullah memberikan tuntunan bahwa
kalau kita dapat berbuat sesuatu, dalam memenuhi keperluan hidup dan ilmu,
dengan pertimbangan yang cerdas dan tepat, maka kita dapat memperoleh hasil yang
optimal. Rasulullah SAW bersabda, ''Berhemat dalam belanja adalah separuh
kehidupan, duduk dengan orang banyak adalah separuh akal, dan pertanyaan yang
tepat adalah separuh ilmu.'' (HR Thabrani).
Hadis di atas memberikan
petunjuk kepada kita bahwa kunci dalam memenuhi kebutuhan hidup
adalah dengan
hemat dalam berbelanja. Hemat berarti melakukan belanja secara tepat dan tidak
berlebihan. Tegasnya, hemat adalah berbelanja sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan.
Hemat tidak berarti kikir. Hemat merupakan tindakan bijak
agar kita tidak terjerumus kepada perilaku yang konsumtif. Orang-orang bijak
selalu mengatakan hemat pangkal kaya. Sebagaimana hadis di atas, dengan berhemat
berarti kita telah meraih separuh kehidupan.
Hemat merupakan perilaku
yang sangat disukai Allah dan rasul-Nya. Allah menjelaskan dalam firman-Nya
bahwa orang-orang yang hemat dalam membelanjakan hartanya adalah termasuk
perilaku orang-orang yang dikasihi-Nya (ibaadurahmaan).
Allah berfirman,
''Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang
yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan
orang-orang yang berkata, 'Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahanam dari kami,
sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal.' Sesungguhnya jahanam itu
seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila
membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan
adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." (QS 25:
63-67).
Sedangkan kunci dalam meraih ilmu dan menambah wawasan ada dua
cara. Pertama, duduk dengan orang banyak. Duduk dengan orang banyak dalam
konteks ini adalah duduk dan berdiskusi dengan komunitas yang mencintai ilmu.
Sebaliknya, jika duduk bukan dengan orang-orang yang mencintai ilmu, biasanya
berujung pada kesia-siaan dan pergunjingan.
Kedua, bertanya dengan
tepat. Pertanyaan yang tepat menunjukkan seberapa besar pemahaman kita.
Karenanya, sebagaimana hadis di atas, pertanyaan yang tepat merupakan separuh
ilmu. Wallahu a'lam bishawab.
Minggu, 23 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar